Selasa, Juni 30, 2009

Mbah Surip


Dapatkan MP3 nya disini

  1. tak gendong Download
  2. bangun tidur lagi Download

ST 12


dapatkan MP3 gartis disini

  1. saat terakhir Download
  2. kebesaranmu Download
  3. PUSPA Download
  4. rasa tertinggal Download
  5. jangan pernah berubah Download
  6. cari pacar lagi Download

Wali Aminah


PONDOK PESANTREN WALI AMINAH

Yayasan Pondok Pesantren Wali Aminah yang dididirikan pada tahun 1907 oleh al-Mukarrom KH Ahmadi sebagai penyambung lisan Rasululloh Nabi Muhammad SAW dalam mensyi’arkan al Quran dan al Hadist dengan Ruhul Islami mengalami perkembangan yang baik, meskipun harus ditempuh secara berat baik halangan maupun rintangan yang dihadapi beliau. Setelah kepergian beliau ke tanah Suci Makkah al Mukarromah hingga tidak kembali lagi maka kepemimpinan dipegang oleh putra tercinta beliau yaitu al Mukarom KH Masyhadi.
Dengan kepiawaian al Mukarrom KH Masyhadi dan guna mempersiapkan generasi Negara dan bangsa khususnya agama Islam maka beliau menambahkan pendidikan agama dengan pendidikan general. Perkembangan yang ada pada Yayasan Pondok Pesantren Wali Aminah ini begitu cepat terlebih dalam lembaga pendidikan dan begitu saratnya pengetahuan, maka al Mukarrom KH Masyhadi meyerahkan tongkat komando kepada Putra tercintanya yaitu al Mukarom KH. Muhammad Syihaabuddin, Msy. Dalam kepemimpinan beliau suasana Yayasan Pondok Pesantren Wali Aminah semakin meningkat dan mengalami kemajuan dari sector pendidikan yang general terlebih dari sisi kerohaniannya. Hingga saat ini telah ada lembaga pendidikan formal, informal maupun non formal, dalam operasionalnya telah disediakan tenaga edukatif yang professional dan sesuai bidang yang dimilikinya.
Dalam menunjang pendidikan yang ada maka al Mukarom KH. Muhammad Syihaabuddin, Msy telah menyediakan fasilitas-fasilitas dengan tujuan bahwa apa yang menjadi cita-cita para pinisepuh Yayasan Pondok Pesantren Wali Aminah dapat tercapai.

RADEN WIJAYA


RADEN WIJAYA RAJA PERTAMA MAJAPAHIT

Raden Wijaya (lahir: ? - wafat: Majapahit, 1309) adalah pendiri Kerajaan Majapahit sekaligus raja pertama yang memerintah pada tahun 1293-1309, bergelar Sri Maharaja Sanggramawijaya Sri Kertarajasa Jayawarddhana.

Raden Wijaya nerupakan nama yang lazim dipakai para sejarawan untuk menyebut pendiri Kerajaan Majapahit. Nama ini terdapat dalam Pararaton yang ditulis sekitar akhir abad ke-15. Kadang Pararaton juga menulisnya secara lengkap, yaitu Raden Harsawijaya. Padahal menurut bukti-bukti prasasti, pada masa kehidupan Wijaya (abad ke-13 atau 14) pemakaian gelar raden belum populer. Nagarakretagama yang ditulis pada pertengahan abad ke-14 menyebut pendiri Majapahit bernama Dyah Wijaya. Gelar dyah merupakan gelar kebangsawanan yang populer saat itu dan menjadi cikal bakal gelar Raden. Istilah Raden sendiri diperkirakan berasal dari kata Ra Dyah atau Ra Dyan atau Ra Hadyan. Nama asli pendiri Majapahit yang paling tepat adalah Nararya Sanggramawijaya, karena nama ini terdapat dalam prasasti Kudadu yang dikeluarkan oleh Wijaya sendiri pada tahun 1294. Gelar Nararya juga merupakan gelar kebangsawanan, meskipun gelar Dyah lebih sering digunakan.

Menurut Pararaton, Raden Wijaya adalah putra Mahisa Campaka, seorang pangeran dari Kerajaan Singhasari. Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara, Raden Wijaya adalah putra pasangan Rakeyan Jayadarma dan Dyah Lembu Tal. Ayahnya adalah putra Prabu Guru Darmasiksa, raja Kerajaan Sunda Galuh, sedangkan ibunya adalah putri Mahisa Campaka dari Kerajaan Singhasari. Setelah Rakeyan Jayadarma tewas diracun musuhnya, Lembu Tal pulang ke Singhasari membawa serta Wijaya. Dengan demikian, Raden Wijaya merupakan perpaduan darah Sunda dan Jawa. Kisah di atas mirip dengan Babad Tanah Jawi yang menyebut pendiri Kerajaan Majapahit bernama Jaka Sesuruh putra Prabu Sri Pamekas raja Kerajaan Pajajaran, yang juga terletak di kawasan Sunda. Jaka Sesuruh melarikan diri ke timur karena dikalahkan saudara tirinya yang bernama Siyung Wanara. Ia kemudian membangun Kerajaan Majapahit dan berbalik menumpas Siyung Wanara. Berita di atas berlawanan dengan Nagarakretagama yang menyebut Dyah Lembu Tal adalah seorang laki-laki, putra Narasinghamurti. Naskah ini memuji Lembu Tal sebagai seorang perwira yuda yang gagah berani dan merupakan ayah dari Dyah Wijaya. Di antara berita-berita di atas, yang paling dapat dipercaya adalah Nagarakretagama karena naskah ini selesai ditulis pada tahun 1365. Jadi, hanya selisih 56 tahun sejak kematian Raden Wijaya.

Raden Wijaya dalam prasasti Balawi tahun 1305 menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa. Menurut Nagarakretagama, Wijaya adalah putra Dyah Lembu Tal, putra Narasinghamurti. Menurut Pararaton, Narasinghamurti alias Mahisa Campaka adalah putra Mahisa Wonga Teleng putra Ken Arok pendiri Wangsa Rajasa. Menurut prasasti Balawi dan Nagarakretagama, Raden Wijaya menikah dengan empat orang putri Kertanagara, raja terakhir Kerajaan Singhasari, yaitu Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi, dan Gayatri. Sedangkan menurut Pararaton, ia hanya menikahi dua orang putri Kertanagara saja, serta seorang putri dari Kerajaan Malayu bernama Dara Petak. Menurut prasasti Sukamerta dan prasasti Balawi, Raden Wijaya memiliki seorang putra dari Tribhuwaneswari bernama [[Jayanagara. Sedangkan Jayanagara menurut Pararaton adalah putra Dara Petak, dan menurut Nagarakretagama adalah putra Indreswari. Sementara itu, dari Gayatri lahir dua orang putri bernama Dyah Gitarja dan Dyah Wiyat.

Menurut prasasti Kudadu, pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang terhadap kekuasaan Kerajaan Singhasari. Raden Wijaya ditunjuk Kertanegara untuk menumpas pasukan Gelang-Gelang yang menyerang dari arah utara Singhasari. Wijaya berhasil memukul mundur musuhnya. Namun pasukan pemberontak yang lebih besar datang dari arah selatan dan berhasil menewaskan Kertanagara. Menyadari hal itu, Raden Wijaya melarikan diri hendak berlindung ke Terung di sebelah utara Singhasari. Namun karena terus dikejar-kejar musuh ia memilih pergi ke arah timur. Dengan bantuan kepala desa Kudadu, ia berhasil menyeberangi Selat Madura untuk bertemu Arya Wiraraja penguasa Songeneb (nama lama Sumenep). Bersama Arya Wiraraja, Raden Wijaya merencanakan siasat untuk merebut kembali takhta dari tangan Jayakatwang. Wijaya berjanji, jika ia berhasil mengalahkan Jayakatwang, maka daerah kekuasaannya akan dibagi dua untuk dirinya dan Wiraraja. Siasat pertama pun dijalankan. Mula-mula, Wiraraja menyampaikan berita kepada Jayakatwang bahwa Wijaya menyatakan menyerah kalah. Jayakatwang yang telah membangun kembali negeri leluhurnya, yaitu Kerajaan Kadiri menerimanya dengan senang hati. Ia pun mengirim utusan untuk menjemput Wijaya di pelabuhan Jungbiru. Siasat berikutnya, Wijaya meminta Hutan Tarik di sebelah timur Kadiri untuk dibangun sebagai kawasan wisata perburuan. Wijaya mengaku ingin bermukim di sana. Jayakatwang yang gemar berburu segera mengabulkannya tanpa curiga. Wiraraja pun mengirim orang-orang Songeneb untuk membantu Wijaya membuka hutan tersebut. Menurut Kidung Panji Wijayakrama, salah seorang Madura menemukan buah maja yang rasanya pahit. Oleh karena itu, desa pemukiman yang didirikan Wijaya tersebut pun diberi nama Majapahit.

Catatan Dinasti Yuan mengisahkan pada tahun 1293 pasukan Mongol sebanyak 20.000 orang dipimpin Ike Mese mendarat di Jawa untuk menghukum Kertanagara, karena pada tahun 1289 Kertanagara telah melukai utusan yang dikirim Kubilai Khan raja Mongol. Raden Wijaya memanfaatkan kedatangan pasukan Mongol ini untuk menghancurkan Jayakatwang. Ia pun mengundang Ike Mese untuk memberi tahu bahwa dirinya adalah ahli waris Kertanagara yang sudah tewas. Wijaya meminta bantuan untuk merebut kembali kekuasaan Pulau Jawa dari tangan Jayakatwang, dan setelah itu baru ia bersedia menyatakan tunduk kepada bangsa Mongol. Jayakatwang yang mendengar persekutuan Wijaya dan Ike Mese segera mengirim pasukan Kadiri untuk menghancurkan mereka. Namun pasukan itu justru berhasil dikalahkan oleh pihak Mongol. Selanjutnya, gabungan pasukan Mongol dan Majapahit serta Madura bergerak menyerang Daha, ibu kota Kerajaan Kadiri. Jayakatwang akhirnya menyerah dan ditawan dalam kapal Mongol. Setelah Jayakatwang dikalahkan, Wijaya meminta izin untuk kembali ke Majapahit mempersiapkan penyerahan dirinya. Ike Mese mengizinkannya tanpa curiga. Sesampainya di Majapahit, Wijaya membunuh para prajurit Mongol yang mengawalnya. Ia kemudian memimpin serangan balik ke arah Daha di mana pasukan Mongol sedang berpesta kemenangan. Serangan mendadak itu membuat Ike Mese kehilangan banyak prajurit dan terpaksa menarik mundur pasukannya meninggalkan Jawa. Wijaya kemudian menobatkan dirinya menjadi raja Majapahit. Menurut Kidung Harsa Wijaya, penobatan tersebut terjadi pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka, atau bertepatan dengan 12 November 1293.

Dalam memerintah Majapahit, Wijaya mengangkat para pengikutnya yang dulu setia dalam perjuangan. Nambi diangkat sebagai patih Majapahit, Lembu Sora sebagai patih Daha, Arya Wiraraja dan Ranggalawe sebagai pasangguhan. Pada tahun 1294 Wijaya juga memberikan anugerah kepada pemimpin desa Kudadu yang dulu melindunginya saat pelarian menuju Pulau Madura. Pada tahun 1295 seorang tokoh licik bernama Mahapati menghasut Ranggalawe untuk memberontak. Pemberontakan ini dipicu oleh pengangkatan Nambi sebagai patih, dan menjadi perang saudara pertama yang melanda Majapahit. Setelah Ranggalawe tewas, Wiraraja mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pasangguhan. Ia menagih janji Wijaya tentang pembagian wilayah kerajaan. Wijaya mengabulkannya. Maka, sejak saat itu, wilayah kerajaan pun hanya tinggal setengah, di mana yang sebelah timur dipimpin oleh Wiraraja dengan ibu kota di Lamajang (nama lama Lumajang). Pada tahun 1300 terjadi peristiwa pembunuhan Lembu Sora, paman Ranggalawe. Dalam pemberontakan Ranggalawe, Sora memihak Majapahit. Namun, ketika Ranggalawe dibunuh dengan kejam oleh Kebo Anabrang, Sora merasa tidak tahan dan berbalik membunuh Anabrang. Peristiwa ini diungkit-ungkit oleh Mahapati sehingga terjadi suasana perpecahan. Pada puncaknya, Sora dan kedua kawannya, yaitu Gajah Biru dan Jurudemung tewas dibantai kelompok Nambi di halaman istana.

Menurut Nagarakretagama, Raden Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309. Ia dimakamkan di Antahpura dan dicandikan di Simping sebagai Harihara, atau perpaduan Wisnu dan Siwa.

Raden Wijaya digantikan Jayanagara sebagai raja selanjutnya.

Sumber, wikipeda ensklopedia bebas

Minggu, Juni 28, 2009

KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN WALI AMINAH

KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN
PONDOK PESANTREN WALI AMINAH

Hakekat pendidikan pondok pesantren wali aminah adalah suatu usaha yang sistematis bagi penciptaan iklim dan kondisi yang memberikan kemungkinan bagi diri santri dalam membentuk dirinya sendiri, dalam mencapai tingkat kualitas pendidikan pada taraf nasional hingga internasional. Sejalan dengan peranan dan tujuan yayasan pondok pesantren wali aminah yaitu untuk mendidik dan membentuk manusia muslim yang bertaqwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas, terampil serta berguna bagi agama, bangsa dan negara. Dan tujuan pendidikan nasional dalam ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.

TUJUAN UMUM
Membentuk akademisi muslim yang berakhlaqul karimah, cakap, percaya diri, berguna bagi bangsa dan agamanya serta cerdas dan tangguh.

TUJUAN KHUSUS
  1. Terbinanya kepribadian akademisi muslim yang cakap dan sadar menjalankan tugas pengabdian.
  2. Terbinanya suasana kehidupan santri yang harmonis dan kondusif bagi pengembangan nilai pendidikan islam sampai pada taraf pengabdian pada negara, agama dan masyarakat.
  3. Terbinanya generasi islam yang sanggup melanjutkan amal usaha islam sebagai kader umat dan kader bangsa.
Pondok pesantren sebagai “lembaga kultural” yang menggunakan simbol-simbol budaya jawa; sebagai “agen pembaharuan” yang memeperkenalkan gagasan pembangunan pedesaan (rural development); sebagai pusat kegiatan belajar masyarakat (centre of community learning); dan juga pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang bersandar pada silabi, yang dibawakan oleh Imam Al- Suyuti lebih dari 500 tahun-nan yang lalu, dalam Itman al-dirayah. Silabi inilah yang menjadi dasar acuan pondok pesantren tradisional selama ini, dengan pengembangan “kajian Islam” dari berbagai macam disiplin ilmu yang kita kenal sekarang ini, dari nahwu/ tata bahasa arab klasik hingga tafsir al-Qur’an dan teks hadist nabi, semuanya dipelajari dalam lingkungan pondok pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam. Melalui pondok pesantren juga nilai ke-Islam-an ditularkan dari generasi ke generasi.

Sudah tentu, cara penularan seperti itu merupakan titik sambung pengetahuan tentang Islam secara rinci, dari generasi ke generasi. Di satu sisi, ajaran-ajaran formal Islam dipertahankan sebagai sebuah “keharusan” yang diterima kaum muslimin diberbagai penjuru dunia. Tetapi, disini juga terdapat “benih-benih perubahan”, yang membedakan antara kaum muslimin di sebuah kawasan dengan kaum muslimin lainnya dari kawasan yang lain pula. Begitu pula dengan pondok pesantren wali aminah untuk mencapai tujuan maka dilakukan suatu usaha yang diantara lain :

  1. mendirikan dan memelihara tempat-tempat pendidikan formal dan nonformal.
  2. menyebarluaskan ajaran islam ahlusunnah wal-jamaah dengan melaksanakan amar ma’ruf nahi anil munkar, serta meningkatkan ukhuwah islamiyah.
  3. mendirikan lembaga penelitian dan pengembangan agama islam serta ilmu pengetahuan.
  4. menerbitkan buku-buku tingkat madrasah/sekolah dan umum.
  5. mengadakan hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga lain yang bergerak dalam bidang kegiatan pondok pesantren atas dasar saling bantu membantu.
  6. usaha-usaha lain yang sah yang tidak bertentangan dengan agama islam maupun undang-undang dan peraturan-peraturan pemerintah.

Pembahasan pada akhirnya lebih banyak ditekankan pada dua hal yang saling terkait dalam pendidikan Islam. Kedua hal itu adalah, pembaharuan Pendidikan Islam dan modernisasi pendidikan Islam, dalam bahasa Arab taj’did al-tarbiyah al-Islamiah dan al-hadasah, dalam liputan istilah pertama, tentu saja ajaran-ajaran formal Islam harus diutamakan, dan kaum muslimin harus di didik mengenai ajaran-ajaran agama mereka. Yang diubah adalah cara penyampaiannya kepada peserta didik, sehingga mereka akan mampu memahami dan mempertahankan “kebenaran”. Bahwa hal ini memiliki validitas sendiri, dapat dilihat pada kesungguhan anak-anak muda muslimin terpelajar, untuk menerapkan apa yang mereka anggap sebagai “ajaran-ajaran yang benar” tentang Islam, contoh paling mudahnya adalah menggunakan tutup kepala di sekolah non-agama, yang di negeri ini dikenal dengan nama jilbab. Ke-Islaman lahiriyah seperti itu, juga terbukti dari semakin tingginya jumlah mereka dari tahun ke-tahun yang melakukan ibadah umroh/ Haji kecil.
Tentu saja, kenyataan seperti itu tidak dapat diabaikan di dalam penyelenggaraan pendidikan Islam di negeri manapun. Dengan kata lain, pendidikan Islam tidak hanya di sampaikan dalam ajaran-ajaran formal Islam di sekolah-sekolah agama/madrasah belaka, melainkan juga melalui sekolah-sekolah non-agama yang berserak diseluruh penjuru dunia. Demikian juga, “semangat menjalankan ajaran Islam”, datangnya lebih banyak dari komunikasi di luar sekolah, antara berbagai komponen masyarakat Islam. Hal lain yang harus diterima sebagai kenyataan hidup kaum muslimin di mana-mana, adalah respon umat Islam terhadap “tantangan modernisasi”, seperti pengentasan kemiskinan, pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya, adalah respon yang tak kalah bermanfaatnya bagi pendidikan Islam, yang perlu kita renungkan secara mendalam.
Pendidikan Islam, tentu saja harus sanggup “meluruskan” responsi terhadap tantangan modernisasi itu, namun kesadaran kepada hal itu justru belum ada dalam pendidikan Islam di mana-mana. Hal inilah yg merisaukan hati para pengamat seperti penulis, karena ujungnya adalah diperlukan jawaban yang benar atas pernyataan berikut: Bagaimanakah caranya membuat kesadaran struktural sebagai bagian natural dari perkembangan pendidikan Islam? Dengan ungkapan lain, kita harus menyimak perkembangan pendidikan Islam di berbagai tempat, dan membuat peta yang jelas tentang konfigurasi pendidikan Islam itu sendiri. Ini merupakan pekerjaan rumah, yang mau tak mau harus ditangani dengan baik.
Jelas dari uraian diatas, pendidikan Islam memiliki begitu banyak model pengajaran baik yang berupa pendidikan sekolah, maupun “pendidikan non-formal” seperti pengajian, arisan dan sebagainya. Tak terhindarkan lagi, keragaman jenis dan corak pendidikan Islam terjadi seperti kita lihat di tanah air kita dewasa ini. Ketidakmampuan memahami kenyataan ini, yaitu hanya melihat lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan madrasah di tanah air sebagai sebuah institusi pendidikan Islam, hanyalah akan mempersempit pandangan kita tentang pendidikan Islam itu sendiri. Ini berarti, kita hanya mementingkan satu sisi belaka dari pendidikan Islam, dan melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja menjadi berat tugas para perencana pendidikan Islam, kenyataan ini menunjukkan di sinilah terletak lokasi perjuangan pendidikan Islam.
Karenanya, peta “keberagaman” pendidikan Islam seperti dimaksudkan di atas, haruslah bersifat lengkap dan tidak mengabaikan kenyataan yang ada. Lagi-lagi kita berhadapan dengan kenyataan sejarah, yang mempunyai hukum-hukumnya sendiri. Perkembangan keadaan, yang tidak memperhitungkan hal ini, mungkin hanya bersifat menina-bobokan kita belaka, dari tugas sebenarnya yang harus kita pikul dan laksanakan. Sikap untuk mengabaikan keberagaman ini, adalah sama dengan sikap burung onta yang menyembunyikan kepalanya di bawah timbunan pasir tanpa menyadari badanya masih tampak. Jika kita masih bersikap seperti itu, akibatnya akan menjadi sangat besar bagi perkembangan Islam di masa yang akan datang. Karenanya jalan terbaik adalah membiarkan keaneka-ragaman sangat tinggi dalam pendidikan Islam dan membiarkan perkembangan yang akan menentukan. Sebuah hal yang sulit dilakukan, namun gampang dirumuskan. Nyatanya memang benar demikian, bukan?


WALI BAND


Anda bisa mendownload MP3 Gratis disini

Wali Band
  1. mencari jodoh Download
  2. emang dasar Download
  3. dik Download
  4. egokah aku Download
  5. orang bilang Download
  6. aku sakit Download

SEKOLAH GRATIS


SEKOLAH GRATIS DI YAYASAN PONDOK PESANTREN

WALI AMINAH


Roudhotul Athfal

Madrasah Ibtidaiyyah

Madrasah Tsanawiyah

Madrasah Aliyah

MENERIMA PENDAFTARAN SISWA BARU/PINDAHAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

KEUNGGULAN MADRASAH DIBAWAH NAUNGAN YAYASAN PONDOK PESANTREN WALI AMINAH :

1. MEMAKAI 3 KURIKULUM (KURIKULUM PENDIDIKAN NASIONAL, KURIKULUM DEPARTEMEN AGAMA DAN KURIKULUM PESANTREN)

2. SEBAGAI WUJUD KEPEDULIAN TERHADAP PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT, MADRASAH DIBAWAH NAUNGAN YAYASAN POND. PEST. WALI AMINAH TIDAK MEMBEBANI BIAYA PENDIDIKAN, BIAYA BANGUNAN, SUMBANGAN DAN BIAYA PENDAFTARAN KEPADA SELURUH SISWA/I NYA (GRATIS).

3. SARANA DAN PRASARANA BELAJAR YANG MEMADAI: GEDUNG MILIK SENDIRI, LAB KOMPUTER, PERPUSTAKAAN, LAPANGAN PARKIR YANG LUAS

4. AKSES INTERNET ONLINE 24 JAM

5. DAN MASIH BANYAK LAGI

PERSYARATAN :

1. MENGISI FORMULIR PENDAFTARAN

2. MENYERAHKAN FHOTO COPY IJAZAH TERAKHIR (LEGALISIR)

3. PHOTO 3X4 BERWARNA 6 LEMBAR

4. AKTE KELAHIRAN/SURAT KETERANGAN LAHIR (BAGI RA DAN MI)

MARI SAMA2 KITA SEKOLAH KE WALI AMINAH

MARI KITA LANJUTKAN PENDIDIKAN KE WALI AMINAH

TEMPAT PENDAFTARAN :

KANTOR MADRASAH LT. I NGASEM JOMBOK

NGORO JOMBANG. TELP: 085854580050, 085732435085

E-MAIL: KULUK_BRAWIJAYA@YAHOO.COM

WALI_AMINAH@YAHOO.COM