Kamis, Juli 16, 2009

Abu Nawas dan Pintu Akhirat


ABUNAWAS
Dan Pintu Akhirat


Tidak seperti biasa, hari itu Baginda tiba-tiba ingin menyamar jadi rakyat jelata. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun agar lebih leluasa bergerak.

Baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya seperti rakyat jelata. Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul. Setelah Baginda mendekat ternyata seorang ‘Ulama’sedang menyampaikan kuliah tentang alam bazrah. Tiba-tiba ada seseorang yang datang dan bergabung di situ. Ia bertanya kepada ‘Ulama’ itu.

“kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburannya, tetapi kami tiada mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata?” Ulama’ itu berfikir sejenak kemudian dia berkata.

“Untuk mengetahui yang demikian itu harus dengan pancaindera yang lain. Ingatkah kamu dengan orang yang sedang tidur? Dia kadangkala bermimpi dalam tidurnya digigit ular, diganggu dan sebagainya. Ia juga merasa sakit dan takut ketika itu bahkan memekik dan keringat bercucuran pada keningnya. Ia merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur. Sedangkan engkau yang duduk didekatnya menyaksikan keadaan seolah-olah tidak ada apa-apa. Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah dikelilingi ular-ular. Maka jika masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi di alam bazrah?”

Baginda raja terkesan dengan penjelasan ulama itu. Baginda masih ikut mendengarkan kuliah itu. Kini ulama itu melanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat. Dikatakan bahwa disurga tersedia hal-hal yang amat disukai nafsu, termasuk benda-benda. Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang surga karena semuanya tercipta dari cahaya. Saking indahnya maka satu mahkota jauh lebih bagus dari dunia seisinya. Baginda makin terkesan Beliau kembali pulang ke istananya.

Baginda sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan Abu Nawas. Lalu sang baginda menyuruh pengawalnya untuk memanggil Abu Nawas.Setelah Abu Nawas tiba di istana Baginta berkata:
“ Aku mengungunkan engkau sekarang juga berangkat kesurga kemudian bawakan aku sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya. Apakah engkau sanggup Abu Nawas?”

“Sanggup paduka yang mulia.” Kata Abu nawas langsung menyanggupi tugas yang mustahil dilaksanakan itu. “Tetapi Baginda harus menyanggupi pula satu sarat yang hamba ajukan.”

“Sebutkan sarat itu.” Kata Baginda Raja.

“Hamba mohon Baginda menyediakan pintunya agar hamba bisa memasukinya.”

“Pintu apa?’ tanya Baginda Raja belum mengerti. “pintu alam Akhirat” jawab Abu Nawas.

“Apa itu?” tanya Baginda ingin tau.

“Kiamat wahai baginda Raja yang mulia. Masing-masing alam mempunyai pintu. Pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah kematian. Dan pintu alam akhirant adalah kiamat. Surga berada di alam akhirat. Bila baginda masih tetap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkota disurga, maka dunia harus kiamat dahulu.”

Mendengar penjelasan Abu Nawas baginda raja terdiam.
Disela-sela kebingungan Baginda Raja Harun Al-Rosyid. Abu nawas bertanya lagi,

“Masihkah Baginda menginginkan mahkota dari surga?” Baginda Raja tidak menjawab. Beliau diam seribu bahasa, sejenak Abu Nawas memohon diri karena dia udah tau jawabannya.

0 comments:

Posting Komentar