Keutamaan Membaca Al Qur’an
Dari Abu Huarairah RA, bahwa dia berkata: Pernah saya mendengar Rasululloh SAW bersabda: “Barangsiapa berharap bisa bertemu dengan Alloh, maka hendaklah menghormati keluarga Alloh. “Seorang bertanya: “Ya Rasul Alloh, apakah Alloh ‘Azza Wa Jalla mempunyai keluarga?” Beliau menjawab: “Ya.”
“Siapa mereka itu, ya Rasul Alloh?” tanyanya pula, yang beliau jawab: “Keluarga Alloh di dunia ialah mereka yang mebaca Al Qur’an, Ketahuilah, barangsiapa menghormati mereka, maka dia menghormati Alloh dan diberi surga. Dan barangsiapa yg menghinakan Alloh dan dimasukkan ke dalam Neraka. Hai Abu Hurarairah, tidak ada seorang pun di sisi Alloh yang lebih mulia daripada penghafal Al Qur’an. Dan ketahuilah, sesungguhnya penghafal al_Qur’an di sisi Alloh adalah lebih mulia daripada siapa pun, selain para Nabi.”
Dan dari Anas bin Malik RA, dari Nabi SAW, bahwa beliau pada suatu hari bersabda: “Tidak aku beritahukan kepadamu orang yang paling utama dari umatku pada hari kiamat?”.
Jawab para sahabat: “tentu, ya Rasul Alloh.”
Rasul bersabda: “Orang-orang yang membaca al-Qur’an. Apabila tiba hari kiamat, maka Alloh Azza Wa Jalla berfirman: “Hai Jibril, serukanlah di Mahsyar, “Ketahuilah, barangsiapa yang dulu pernah membaca al-Qur’an, maka berdirilah.” Jibril berseru dua-tiga kali, maka merekapun berdirilah bersap-sap di hadapan Alloh Yang Maha Pengasih, tanpa ada seorang pun dari mereka yang berbicara, sehingga berdirilah Nabi Alloh Daud AS. Maka Alloh berfirman: “Bacalah olehmu sekalian dan saksikan suaramu.”
Masing-masing dari mereka lalu membaca apa yang di ilhamkan Alloh Ta’ala kepadanya dari firman-Nya. Maka, tiap-tiap orang yang membaca diangkat derajat-derajatnya, masing-masing orang sesuai dengan keindahan suaranya, lagunya, kekhusyu’annya, pemikirannya dan pengamatannya.
Kemudian, Alloh Ta’ala berfirman: “Hai keluargaku, kenalkah kamu, siapa yang telah berbuat kebajikan kepadamu semasa di dunia?”
“Ya, hai Tuhan kami,” jawab mereka.
Alloh Ta’ala berfirman: “Pergilah kamu sekalian ke Mahsyar, siapa saja yang kamu kenal, dia boleh masuk surga bersama kamu.”
Sabda Nabi SAW: Pada malam aku di isra’kan, aku mendengar Alloh berfirman: “Ya Muhammad, suruhlah umatmu memuliakan (3) tiga orang: Orang tua, Orang Alim, dan Penghafal al-Qur’an. Ya Muhammad, peringatkan mereka, jangan sampai membikin mereka marah orang-orang itu atau meremehkan mereka. Karena, sesungguhnya Aku sangat murka terhadap orang yang membikin mereka marah. Ya Muhammad, ahli al-Qur’an adalah keluarga-Ku, Aku letakkan mereka ada di sisimu di dunia ini, sebagai penghormatan kepada penghuninya. Dan sekiranya al-Qur’an itu tidak terpelihara dalam hati mereka, niscaya dunia dan seisinya ini telah binasa. Ya Muhammad, para penghafal al-Qur’an takkan disiksa dan takkan dihisab pada hari kiamat. Ya Muhammad, apabila seorang penghafal al-Qur’an meninggal dunia, maka ia ditangisi oleh seluruh langit-Ku, Bumi-Ku dan para malaikuat-Ku. Ya Muhammad, sesungguhnya sorga itu rindu kepada tiga (3) orang: engkau sendiri, dua sahabatmu (Abu Bakar dan Umar-Radhiallohu’anhum dan penghafal al-Qur’an. (dari al-Mau’izhatul Hasanah).
Sabda Nabi SAW: “Sebaik-baik orang diantara kamu sekalian ialah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.” Benarlah orang berkata begitu; Hadist diriwayatkan oleh Ustman bin ‘Affan RA.
Tafsir:
(Sesungguhnya orang-orang yang membaca kitab Alloh), senantiasa membacanya atau meneliti isinya, sehingga pekerjaannya itu menjadi ciri dan tanda bagi mereka. Sedangkan yang dimaksud kitab Alloh ialah Al Qur’an, atau yang sejenis dengan kitab-kitab Alloh lainnya, sehingga dengan demikian firman ini merupakan pujian terhadap orang-orang yang membenarkan di antara umat-umat terdahulu, setelah berbicara secara khusus tentang ihwal orang-orang yang mendustakannya.
(Dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugrahkan kepada mereka, dengan diam-diam maupun terang-terangan), bagaimana seorang mengukurkan antara keduanya tanpa sengaja.
(Mereka itu mengharapkan perniagaan), ingin memperoleh pahala dengan melakukan ketaatan: kata-kata ini menjadi khabaru inna, (yang tidak akan merugi), tidak akan tekor dan tidak akan hancur karena kerugian; adalah menjadi shifat dari tijaratan.
Sedangkan firman-Nya: (agar Alloh menyempurnakan kepada mereka pahala mereka) adalah alas an dari ma’na yang ditunjukkan oleh kata-kata Lan tabor. Maksudnya: Hilang kerugian dari perniagaan itu, dan ia laku disisi Alloh agar Dia menyempurnakan kepada pahala amal-amal mereka, dengan lakunya perniagaan itu.
Atau, merupakan alas an dari ma’na yang ditunjukkan oleh apa yang disediakan sebagai pahala dari kepatuhan mereka, seperti halnya kata-kata “Fa’aludazlika liyuwaffiyahun”. (Mereka melakukan itu supaya Alloh menyempurnakan kepada mereka….)
Atau, sebagai akibat dari Yarjuna. (dan menambah kepada mereka karunia-Nya) melebihi pahala yang setimpal dengan amal-amal mereka.
(Sesungguhnya Alloh Maha Pengampun) terhadap kelalai-lalaian mereka, (lagi Maha Mensyukuri) ketaatan mereka, yakni memberi balasan kepada mereka atas ketaatan itu.
Kata-kata terakhir ini merupakan alas an penyempurnaan dan penambahan pahala. Atau sebagai khabaru inna, sedang yarjuna menjadi hal dari Wawul Jama’ah-Nya Wa anfaqu. (Qadhi Baidhawi).
By Mbah engsun
0 comments:
Posting Komentar