Rabu, Juli 15, 2009

SYAIDINA ALI BIN ABI THOLIB
Gudangnya Ilmu

Nama beliau adalah Ali bin Abi Tholib, juga bergelar Abu Turob, yang berarti Pak Tanah. Beliau senang jika orang memanggil gelar ini.
Ibu beliau bernama Fatimah binti Asad.

Ali bin Abi Tholib lahir di Mekkah, tiga [uluh tahun setelah lahirnya Nabi Muhammag saw. Suku beliau adala Bani Hasyim, beliau adalah saudara sepupu dan menantu Nabi Muhammad saw. Fathimah Az Zahro, isteri Ali bin Abi Tholib, adalah putri kandung Rosululloh saw.

Ali bin Abi Tholib masuk islam pada mana beliau masih anak-anak. Beliau tidak pernah bersujud kepada berhala. Sejak kecilnya banyak bergaul dengan Nabi Muhammad saw. Kalau untuk sahabat-sahabat Rosululloh saw. Yang lain umat islam mendoakan dengan rodhiyallohu ‘anhu maka untuk saidina ali do’a umat islam ialah karromallohu wajhah, yang berarti “semoga Alloh memuliakan wajahnya.”

Keutamaan-keutamaan beliau adalah:
1. Seorang ahli ilmu sehingga terkenal dengan juluka babul ‘ilmi (gudang Ilmu);
2. Ahli Hukum;
3. Ahli pidato;
4. Seorang yang fasih dan lancar pembicaraannya;
5. Seorang yang gagah berani;
6. Seorang yang pemurah, rendah hati, jujur dan qona’ah (neriman ing pandum).

Meskipun usianya masih muda, beliau diutus Rosululloh saw. Ke negeri Yaman. Kemudian pernah pula syaidina Ali ditunjuk Rosulilloh saw. Untuk menjabat sebagai Wali Kota Madinah, yaitu ketika Rosulloh saw. Pergi ke perang tabuk.

Ketika beliau sedang menyampaikan satu hadist dari Rosululloh saw. Diantara yang hadir disitu berkata bahawa beliau berbohong. Saidina Ali menjawab “kalau (kau tuduh) aku bohong aku do’akan semoga kau celaka”. Orang tersebut malah menantang : “Doakanlah!”. Maka, belom lagi orang itu keluar dari majleis, matanya sudah buta. Itu adalah salalu satu cerita tentang kekeramatannya Syaidina Ali.

Semenjak kasus pembunuhan Kholifah ke-tiga yaitu Syaidina Usman bin Affan yang menggemparkan itu, di kalangan kaum muslimin sudah bertiup api kesukuan, dan persatuan sudah berada dalam bahaya. Ketenangan telah menghilang. Madinah, sebagai pusat pemerintahan, masih dikuasai oleh golongan yang membunuh Kholifah Usman bin affan. Sungguhpun demikian, di madinah masih bisa diadakan pertemuan di antara para sahabat guna untuk menentukan siapa yang akan menjadi Kholifah. Hasil dari musyawarah itu menetapkan bahwa Ali bin Abi Tholib diangkat sebagai Kholifah ke-empat. Pada mulanya keputusan itu ditolak oleh Syaidina Ali, sambil berkata : “angkat sajalah aku jadi wazir(menteri).”oleh para sahabat penolakan Syaidina Ali ini tidaj diterima sehingga Akhirnya Ali bin Abi Tholib jugalah yang menjadi Kholifah. Peristiwa ini terjadi pada tahun 35 H.

Pengangkatan Syaidina Ali ini menimbulkan reaksi keras dari daerah-daerah, seperti Mesir, Syiria, dan Mekkah. Pemimpin-pemimpin daerah-daerah ini banyak yang tidak setuju, dan membangkang terhadap Syaidina Ali.

Sehingga akibatnya timbul lagi ketegangan dan kegoncangan. Tokoh-tokoh dan pemimpin-pemimpin dari daerah-daerah, seperti Mu’awiyyah dari Syam, Amr bin Ash dari Mesir, Tholkhah dan Zubair bin awwam dari Mekkah, bersatu untuk menentang Syaidina Ali. Sehingga pemimpin-pemimpin di Madinah sibuk memikirkan untuk memadamkan pemberontakan ini. Pada tahap pertama, Khalifah ali mengambil langkah damai. Rupanya jalan damai tidak membawa hasil, sehingga meletuslah perang jamal (perang unta) antara Syaidina Ali melawan Siti ‘Aisyah, tholkhah dan Zubair, tahun 36 H. Kemudian disusul dengan perang Shiffin, antara Syaidina Ali melawan pihak Mu’awiyyah di negeri Syam, berakhir dengan tahkim. Masing-masing pihak menunjuk seorang wakil untuk mengadakan musyawaroh, dan masing-masing pihak diwajibkan menta’ati keputusan musyawarah itu. Maka dari pihak Syaidina Ali dipilih Abu Musa al-Asy’ari, sedang pihak Mu’awiyyah diajukam Amr bin Ash. Sebagian golongan Syaidina Ali banyak yang tidak puas dengan keputusan yang diambil. Mereka keluar dari kelompok Syaidina Ali dengan semboyan “Tidak ada Kholifah yang ada adalah hukum Al-Qur’an!” golongan inilah yang disebut kaum Khowarij, yaitu golongan yang sangat benci pada Syaidina Ali. Sebaliknya ada golongan yang terlalu sangan mencintai Syaidina Ali. Golongan ini disebut kaum Syi’ah Ghulat (Ekstrem). Baik golonga khowarij maupun golongan Syi’ah Ghulat ini sudah keluar dari I’tikat ahlussunnah wal jama’ah.

Tiga tokoh golongan khowarij yaitu abdurrohman bin Muljam, Amr bin Abi bakar dan Amir bin bakar, telah sepakat untuk melakukan pembunuhan secara serentak terhadap tiga orang pula. Abdurrohman bin muljam akan membunuh Kholifah Ali bin Abi Tholib. Maka pada tanggal 17 Romadhon tahun 40 H. ketika Kholifah Ali hendak pergi sholat shubuh ke mesjid, beliau ditikam oleh Abdurrohman bin Muljam.

Sebelum Kholifah Ali bin Abi Tholib meninggal dunia, beliau masih sempat berwasiat kepada kedua putera beliau, yaitu Hasan dan husain sebagai berikut:
1. hendaklah kamu bertaqwa kepada Alloh;
2. Jangan kamu pentingkan dunia dan jangan kamu tangisi apa yang hilang di dunia ini;
3. Kasihanilah dan bantulah anak yatim;
4. Bantulah orang yang teraniaya;
5. Berkatalah yang haq walaupun sebagai akibatnya, kamu akan mendapatkan celaan;
6. Beramallah menurut al-Qur’an;
7. Kerjakan Sholat pada waktunya;
8. Bayarlah zakat bilamana datang waktunya;
9. Berwudhulah dengan sempurna karena tidak sah sholat tanpa berwudhu;
10. Hendaklah engkau selalu meminta ampun kepada Alloh SWT;
11. Tahanlah amarahmu;
12. Hendaklah hubungkan kasih sayang/silaturrohmi;
13. Ajarkan kaum Muslimin beragama;
14. Tetap-teguhlah dengan prinsipmu;
15. Berbaktilah pada negara;
16. Suruhkah orang-orang melakukan kebijakan dan menjauhi kemungkaran.

Setelah selesai beliau berwasiat kepada kedua anaknya ini, beliau memuji pada Alloh, kemudian wafatlah. Beliau wafat pada tanggal 17 Romadhon tahun 40 H. dalam usia 63 tahun, setelah menjabat sebagai kholifah selama lima tahun, 5 tau 7 bulan.

Mengenai makam Syaidina Ali bin Abi Tholib, ada beberapa pendapat:
1. Dirahasiakan karena takut di bongkar oleh golongan Khawarij;
2. Dirahasiakan karena khawatir pula golongan Syi’ah ghulat terlalu mendewa-dewakan;
3. Telah dipindahkan ke Madinah;
4. Diatas awan
5. Di daerah Thai;
6. Di Najaf menurut sebagian besar umat islam.

Wallohu a’lam bishowaab.

Mutiara Hikmah Syaidina Ali bin Abi Tholib

“ Hai kumail!, ilmu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu menghukum (menghukumi) dan harta terhukum. Harta berkurang apabila dibelanjakan dan ilmu bertambah dengan disebarkan”

“ tidaklah kebanggaan selain bagi ahli ilmu, mereka memberi petunjuk kepada orang yang minta petunjuk”
“Nilai manusia tergantung pada kebaikan yang dikerjakannya, dan orang-orang bodoh adalah musuh ahli ilmu. Menanglah engkau dengan ilmu, hiduplah lama! Orang lain mati, ahli ilmu terus hidup.”

“Barangsiapa mengumpulkan padanya enam perkara, niscaya ia tidak akan meninggalkan usaha mencari sorga dan lari dari neraka. Yaitu:
1. Ia mengenal Alloh lalu mentaati-Nya;
2. Ia mengenal syaiton, lalu mendurhakainya;
3. Ia mengenal kebenaran lalu mengikutinya;
4. Ia mengenal yang bathil, lalu menjaga diri daripadanya;
5. Ia mengenal dunia lalu menolaknya;
6. Ia mengenal akhirat lalu mencarinya;”

0 comments:

Posting Komentar