Minggu, Juli 12, 2009

IBNU SINA


IBNU SINA
DIKENAL SEBAGAI BAPAK KEDOKTERAN

Kontribusi terbesar ibnu sina dalam kedokteran terutama bisa dilihat dari bukunya yang terkenal, Al-Qonun fi At-tibb. Kitab itu di barat terkenal sebagai The Canon of Medicine. Tidak ada satu rujukanpun dalam ilmu kedokteran yang tidak mengambil rujukan dari kitab itu. Pada masa mudanya, dia telah memperlihatkan bakat yang luar biasa dalam bidang kedokteran. Dan ketika itu dia cukup terkenal dikampungnya sebaga tabib muda.

Pada usianya yang ke-17, ibnu sina berhasil menyembuhkan Nuh ibnu Mansur, seorang raja di bukhoro. Mirip dongeng, saat itu semua tabib angkat tangan tak bisa menyembuhkan sang raja. Dalam masa penyembuhan, Raja Mansur berkeinginan memberri ibnu sina hadiah, tetapi tabib muda itu hanya berhasrat untuk diijinkan membaca semua buku yang ada diperpustakaan istana.


Ibnu sina memulai pengembaraannya dari Jurja. Ini dilakukan setelah wafatnya ayahnya dan bertemu dengan sebayanya yang sangat terkenal saat itu, yakni Abu Raihan Al-Birruni. Lalu berpindah ke negeri rayy dan menuju Hamadan. Di Hamadan ini ia menulis buku fenomenalnya Al-Qonun Fi At-tibb. Di kota ini pula, dia menyembuhkan Raja Hamadan, Shams Ad-daulah, dari penyakit perut kronis. Dari hamadan kemudian ia berpindah ke Isphanan (sekarang Iran), yang menjadi tempat untuk menyelesaikan risalah-risalah monumentalnya.

Karakteristik paling mendasar dari pemikiran Ibnu Sina adalah pencapaian definisi dengan metode pemisahan dan pembedaan konsep secara tegas dan keras sehingga mampu mengusik temperamen modern. Ia mengemukakan secara berulang-ulang pada setiap kesempatan tentang pembuktian pemikirannya dalam hal dualisme tubuh dan akal, doktrin universal, serta teori tentang esensi dan eksistensi.

Keaslian pemikiran Ibnu Sina rupanya bukan saja menhhadirkan keunikan sekaligus kekaguman dunia islam pada abad pertengahan. Orde dinamika dan masanya. Perumusan kembali teologi katolik Roma yang digagas Albert Agung dan terutama oleh Thomas aquinas secara mendasar dipengaruhi oleh pemikiran Ibnu Sina.

Penerjemah De Anima, gundisalvus menulis bahwa De Anima yang sebagian besar isinya merupakan pengambilan besar-besaran doktrin-doktrin Ibnu Sina. Demikian juga, para filusuf dan ilmuwan abad pertengahan seperti Robert Grosseteste dan Roger Bacon yang menginternalisasikan sebagian besar pemikiran Ibnu Sina.

Untuk memahami teologi dan metafisika Aquinas, setiap orang pasti harus merujuk pada pemahaman jasa pemikiran yang diterimanya dari Ibnu Sina. Semua orang dapat melihat pengaruh filusf besar muslim ini dalam karya Aquinas, Summa Theologica dan Summa Contra Gentiles yang merupakan karya terbesarnya.

Kitab Qonun fi At-tibb atau The Canons of Medicine karangan Ibnu Sina telah menjadi ensklopedia terlengkap dan terbesar di bidang kedokteran, yang memuat jutaan istilah. Di dalamnya termuat risalah pengobatan yang merupakan perpaduan dari sumber-sumber pengobatan kuno dan tabib muslim. Ibnu Sina tidak sekedar memadukan, tetapi juga memberi semacam kontribusi orisinal. Selain berisi pengobatan-pengobatan dengan cara umum, kitab itu juga memuat nama obat-obatan ( ada 760 macam), jenis-jenis penyakit yang menjangkiti seluruh tubuh mulai dari kepala sampai kaki-terutama bidang farmakope dan patologi.

Kitab Qonun sangat dikenal juga sebagai kitab kedokteran paling otentik di dunia, sangat banyak memuat penemuan-penemuan Ibnu Sina di bidang anatomi, yang masih dipakai hingga kini. Ibnu Sina pula pertama kali dapat mengenali muasal terjadinya penyakit menular, seperti hepatitis dan TBC. Penyakit ini disebarkan melalui air dan tanah, serta kaitan antara kesehatan dan kondisi psikologis. Dia juga pertama yang dapat menjabarkan gangguan miningitis (radang otak). Dan ilmuwan pertama yang mampu menjabarkan anatomi mata berikut perangkat sistem optiknya.

Pada abad ke-12, Qonun (canon) telah di terjemahkan dalam bahasa latin oleh Gerard Cremona. Kitab ini kemudian menjadi buku panduan utama di sekolah-sekolah kedokteran di Eropa. Dalam perkembangan selama 13 tahun lebih, buku ini di terbitkan sebanya 15-16 kali dalam bahasa latin dan satu kali dalam bahasa Yahudi.

Bahkan dalam abad ke-16 buku tersebut telah di cetak 20 kali. Tahun 1930, Cameron Gruner, secara berjilid menerjemahkan kitab ini ke dalam bahasa inggris, yang diberi judul A Treatise on the Canons of Medicine of Avecienna. Dari abad ke-12 sampai ke-17, kitab Qonun telah menjadi ‘guru pembimbing’ bagi ilmi kedokteran di barat. Dr. William Osler, penulis buku The Evolution of Modern Science, menulis “Qonun telah mewariskan sesuatu dan menjadi, seperti kitab suci dunia kedokteran dalam jangka waktu sangat lama, melebihi buah karya apapun di jagat ini”.

Kitab Ibnu Sina lainnya, seperti kitab As-Syifa ( buku penyembuhan) adalah ensiklopedia filsafat yang membahas sangat banyak lingkup pengetahuan dari filsafat sampai Ilmu pengetahuan. Filosofinya berhasil mempersatukan tradisi Aritostelian, pengaruh neoplatonik dan teologi islam. Dalam bahasa latin, kitab ini disebut Sanatio. Selain Shifa, risalah filsafatnya yang cukup dikenal adalah An-najat dan Isyarot. Dalam kedua risalah itu, Ibnu Sina memadukan dua katagori utama dalam filsafat, yakni antara pengetahuan teoritis dan pengetahuan praktis.

Dalam bidang kimia, Ibnu Sina tidak percaya pada kemungkinan terjadinya transmutasi kimia pada bahan metal. Pandangan ini secara radikal bertentangan dengan keumuman yang berlaku saat itu. Risalahnya dalam pnelitian mineral merupakan salah sumber utama yang sering jadi rujukan para ensiklopedis teologi kristen abad ke-13. kebesaran figur Ibnu Sina kini diabadikan menjadi sebuah Auditorium besar pada fakultas kedokteran Universitas Paris, Perancis.
Ibnu Sina yang tak pernah betah tinggal di satu tempat, menjelajah ke berbagai negeri sambil mengembangkan ilmu pengetahuan dan filsafat itu, akhirnya mengalami semacam kelelahan mental hebat. Pada saat itu, banyak terjadi kerusuhan politik di negeri yang ia tinggali sehingga kesehatannya terganggu. Setelah kembali ke Hamadan, Ibnu Sina meninggal dunia pada tahun 1037M.

0 comments:

Posting Komentar