Minggu, Juli 19, 2009

Sayembara Menghadirkan Nabi Khidhir AS


SAYEMBARA MENGHADIRKAN NABI KHIDIR AS.

Pada suatu malam seorang raja bengis di turkestan sedang mendengarkan kisah-kisah yang disampaikan oleh seorang sufi. Tiba-tiba raja bertanya tentang Nabi Khidir as.

“Nabi Khidir,” kata sufi itu, “Datang kalau diperlukan. Tangkaplah jubahnya kalau ia muncul, maka segala pengetahuan akan menjadi milik Baginda.”

“Apakah itu bisa terjadi atas siapapun?”
“Ya siapapun bisa,” kata sufi itu.
“Siapa pula lebih bisa dariku?” pikir sang raja.

Sang Raja sangat ingin bertemu dengan Nabi Khidhir, seperti diceritakan sang sufi, ia ingin menangkap jubahnya agar memperoleh berbagai ilmu pengetahuan. Apa yang dilakukan oleh sang raja? Ternyata ia kemudian mengedarkan pengumuman yang bunyinya:

“Siapa yang bisa menghadirkan Nabi Khidir yang Ghoib di hadapanku, akan kujadikan orang kaya.”

Kabar itu segera tersebar ke seluruh pelosok negeri. Al kisah, seorang lelaki miskin dan tua bernama bakhtiar baba mendengar pengumuman itu. Ia menyusun akal lalu berkata kepada isterinya

“Aku punya rencana kita akan segera kaya, tetapi beberapa saat kemudian aku harus mati. Namun tak apalah kekayaan kita bisa menghidupimu seterusnya.”

Kemudian Bakhtiar Baba menghadap raja, setelah memberi hormat ia berkata kepada sang raja:
“Hamba sanggup menghadirkan nabi Khidir, tetapi ada syaratnya….”
“Apa syarat yang kau pinta?” tanya sang Raja.
“ Baginda harus memberi hamba seribu keping uang emas.”Sahut Bakhtiar Baba.
“Tunggu….”kata Raja. “Berapa lama kau dapat mencari Nabi Khidir?”
“ Hamba akan mencari Nabi Khidir dalam waktu 40 hari.”
“ Kalau engkau bisa menemukan Nabi Khidir,”kata sang raja. “Kau akan mendapatkan sepuluh kali seribu keping uang emas ini. Kalau gagal kau akan mati dipancung ditempat ini sebagai peringatan kepada yang lain.Tidak siapapun yang mempermainkan rajanya.”

Bakhtiar menerima syarat itu. Ia pulang dan memberikan uang itu kepada isterinya sebagai jaminan hari tuanya. Sisa hidupnya yang tinggal 40 hari itu dipergunakan untuk merenung, mempersiapkan diri memasuki kehidupan alam bazroh.

Pada hari yang ke-40 ia menghadap raja.
“Yang mulia,”katanya, “kerakusanmu telah menyebabkanmu berfikir bahwa uang akan menghadirkan nabi Khidhir. Tetapi Nabi Khidir, kata orang, tidak akan muncul oleh panggilan yang berdasarkan kerakusan.”

Sang raja sangat marah. “Orang celaka, kau telah mengorbankan nyawamu : Siapa pula kau ini, berani-beraninya mencampuri keinginan seorang raja?”

Dengan tenang Bakhtiar berkata, “Menurut dongeng, semua orang bertemu Nabi Khidhir. Tetapi pertemuan itu hanya akan ada manfaatnya apabila maksud orang itu benar. Mereka bilang, nabi khidhir akan menemui orang yang selama ia bisa memanfaatkan saat kunjungan itu. Itulah hal yang kita tidak menguasainya.”

“Cukup bualanmu itu! Hardik sang raja.” Sebab tidak akan memperpanjang nyawamu. Waktumu habis ! kau hanya tinggal menungguku untuk minta nasehat para menteriku tentang cara paling tepat guna menghukummu.”

Sang raja menoleh pada menteri pertama dan berkata,”Bagaimana cara orang ini mati?”
Menteri pertama menjawab “Panggang dia hidup-hidup, sebagai peringatan.”
Menteri kedua berkata,”Potong-potong tubuhnya, pisah-pisahkan anggota tubuhnya.”
Menteri ketiga berkata, “ Sediakan kebutuhan hidup orang ini, agar ia tidak lagi menipu demi kelangsungan hidup keluarganya.”

Sementara pembicaraan itu berlangsung, seorang bijaksana yang sudah sangat tua memasuki ruangan itu. Segera orang mengajukan pendapat sesuai dengan perasangka yang tersembunyi dalam dirinya.

“Orang tua apa maksud kedatanganmu?” tanya Raja.
“Saya hanya ingin mengulas nasihat para menteri ini” kata orang tua itu.
“Apa maksudmu !” kata sang Raja
“Maksudku, menteri pertama ini aslinya tukang roti, jadi dia berbicara tentang panggang-memanggang. Menteri kedua dulu tukang daging, jadi ia bicara tentang potong-memotong daging. Menteri ketiga yang telah mempelajari ilmu kenegeraan, melihat sumber masalah yang kita bicarakan.”

“Catat dua hal ini. Pertama, Khidhir muncul melayani setiap orang sesuai dengan kemampuan orang itu untuk memanfaatkan kedatangannya. Kedua, bakhtiar, orang ini yang kuberi nama Baba karena pengorbanannya telah didesak oleh keputus asaan untuk melakukan tindakan tersebut. Keperluannya semakin mendesak sehingga akupun muncul dihadapanmu.”

Semua orang terkejut mendengar perkataan orang tua itu. Ketika orang-orang itu memperhatikannya dengan seksama, maka orang tua bijaksanan itu telah lenyap begitu saja.

Raja sangat menyesal karena tidak sempat memanfaatkan saat pertemuan itu; karena orang itu tak lain adalah Nabi Khidhir.

Sesuai apa yang diperintahkan nabi Khidhir, Raja memberikan belanja teratur pada bakhtiar. Menteri Pertama dan kedua dipecat dan seribu keping uang emas dikembalikan ke kas negara oleh Bakhtiar dan isterinya.

0 comments:

Posting Komentar