AL BATTANI
Sang Matematikawan Sejati
Al Battani (sekitar 850- 923) adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab. Al Battani nama lengkapnya Abdullāh Muhammad ibn Jabir ibn Sinan ar-Raqqi al-Ḥarrani as-Sabi ( al-Battani), lahir di Harran dekat Urfa. Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.
Dahulu saat kita masih duduk disekolah menengah pertama, guru matematika kita kerap memperkenalkan istilah Sinus, Kosinus dan Tangen. Akan tetapi, kita kadang-kadang tidak mengenal pemopuler istilah tersebut. Siapakah dia? Salah satu tokohnya adalaha Al-Battani yang dikalangan ilmuwan barat dikenal sebutan Albategni atau Albategnius.
Dia dikenal menggunakan prinsip trigonometri ketika melakukan observasi astronomi di observatorium yang dibangun Kholifah makmun Ar-Rosyid dan Kholifah Abbasiyah.
Pengertian Sinus dan kosinus tersebut untuk menggantikan istilah Chord atau tali busur yang biasa digunakan dalam perhitungan astronomi dan trigonometri di masa itu. Dalam bahasa arab, istilah sinus disebut jaib yang berarti teluk atau garis bengkok.
Adapun kotangen dalam bahasa arab disebut bayangan lurus atau garis istiwa’(katulistiwa) dari gnomon. Gnomon adalah suatu alat semacam papan yang digunakan untuk mengukur cahaya matahari setelah di bagi menjadi duabelas bagian. Tangen, kata Al-Battani, adalah garis bayang-bayang melintang yang jauh di permukaan Gnomon. Dia mengukur garis lurus katulistiwa melalui pengukuran bayang-bayang yang menyeruak pada alat Gnomon. Garis lurus itulah yang kemudian dikenal dengan sebutan kotangen. Adapun, garis melintangnya disebut tangen. Teori tangen dan kotangen inilah yang kemudian menjadi dasar ilmu trigonometri.
Alat gnomon yang dipakai Al-Battani menjadi sumber ilham bagi para ilmuwan untuk menciptakan jam yang kita kenal sekarang. Ilmuwan yang mendapatkan semangat keilmuan adalah Abbas bin Abdulloh habsy Al-Hisab Al-Mawarzi, seorang astronom muda yang membagi bidang alat tersebut menjadi enampuluh bagian. Setiap bagian dinilainya sama dengan satu jam. Satu jam sama dengan 60 menit dan satu menit sama dengan 60 detik. Dari kedua pembagi ini jelas bahwa Al-Battani membagi satu hari sama dengan 12 jam, sedangkan Al-Mawarzi menjadi 60 jam. Seiring zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu ini juga sampai ke Eropa dan kemudian dikembangkan menjadi pembagian yang sekarang ini.
Salah satu yang menunjukkan kematematikawannya adalah keberhasilan Al-Battani menyusun daftar tabel sinus, tangen dan kotangen dari 0 derajat sampai 90 derajat secara cermat. Tabel ini dengan tepat dia terapkan dalam operasi Al-jabar dan trigonometri untuk segitiga sfesis.
Al-Battani juga berhasil memperkenalkan istilah berbahasa arab yang kelak menjadi terkenal dalam bidang astronomi, yakni azimut, zenit, dan nadir. Dia juga berhasil menunjukkan letak kekeliruan ilmuwan Cladius Ptolemaeus tentang gerak, posisi, dan apogee matahari.
Perhitungan Ptolemeus mencatat 17 derajat, sedangkan Al-Battani mencatat garis bujur apogee matahari bertambah 16 derajat 40 menit. Dengan menghitung panjang tahun menjadi 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, ketepatan hitungan itu berselisih 2 menit dibandingkan waktu yang sebenarnya.
Buah pikir Al-Battani yang terkenal, diantaranya, ialah Az-Zij dan Risalah fi Tahqiq Aqdar al-Ittisalat, yang diterjemahkan hampir ke semua bahasa.
1 comments:
Adakah Al-Battani seorang MUslim ?
Posting Komentar